Rabu, 18 Januari 2012

Merakit Notebook dan LCD Projector

Merakit Notebook dan LCD Projector

SMKN 2 Pontianak merakit notebook dan LCD projector
Merakit notebook dan LCD projector
Sukses merakit lebih 100 unit notebook pada 2010, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Pontianak berhasil menyelesaikan 245 unit LCD projector selama 2011. Prestasi gemilang para siswa SMK teknologi tertua di Kalbar itu didukung kerja sama PT Inteks dan PT Zyrex.
“Pertama kita dibantu oleh PT Inteks untuk dilatih dan merakit 100 unit notebook, ternyata hanya makan waktu sebulan saja kita berhasil menyelesaikannya. Kita diberi nama SMK Advan dan Esemka,” tutur Syahri ST, guru perakitan dan kepala bengkel broadcasting SMKN 2 Pontianak kepada Equator, Sabtu (7/1).
Keterampilan siswa SMK kemudian menarik PT Zyrex untuk merakit produknya, LCD Projector. Hasilnya, sama saja dengan pabrik-pabrik perusahaannya yang ada di Jawa. Maka namanya pun menjadi SMK Zyrex.
“Teknisi PT Zyrex yang datang langsung ke sekolah. Mereka memberikan pelatihan kepada guru perakitan selama seminggu. Kemudian guru yang menstransfer ke para siswa,” jelas Syahri.
Keterampilan siswa merakit alat elektronik itu tak ubahnya sebagai karyawan pabrik. Tidak butuh waktu lama bagi setiap siswa menyelesaikan satu unit LCD projector. Sabtu lalu, mereka sedang menyelesaikan pesanan SMK di Ketapang.
“Siswa yang sudah mahir hanya butuh waktu 30 menit saja untuk merakit sebuah notebook. Sementara untuk LCD projector bervariasi antara 15 sampai 30 menit. Setelah selesai proses perakitan langsung dikemas dalam kotaknya, dan barang siap dipasarkan,” papar Syahri.
Kiki Mariana, siswa jurusan broadcasting kelas dua hanya butuh waktu 15 menit untuk menyelesaikan satu LCD projector. “Tidak terlalu sulit sih merakitnya. Karena sudah dilatih setiap hari. Yang dibutuhkan hanya ketelitian,” katanya.
Tak berbeda dengan Tri Anggraini yang mengaku kendalanya banyak kurang pas dan salah pasang. “Kalau sudah terbiasa gampang,” ungkap siswi yang punya cita-cita sebagai fotografer ini.
Untuk LCD Projector dijual Rp 3,3 juta per unit. Ternyata kualitasnya sama saja dengan buatan Cina atau Taiwan lantaran komponennya juga bermutu baik. Selama 2011 hingga awal tahun ini 246 unit LCD yang dirakit oleh SMKN 2 Pontianak ini dibagikan untuk seluruh SMK yang ada di Kalbar.

Business centre

Notebook rakitan SMKN 2 dipasarkan melalui unit business center sekolah. Sebuah notebook dijual seharga Rp 2,5 juta untuk merek Esemka karena spec-nya lebih tinggi dari merek SMK Advan yang kini dihargai Rp 2,3 juta saja.
Notebook menggunakan dua macam processor. Pertama, Intel Atom 1,6 GHz dual core dengan chipset Intel 945 GME, WXGA LED Display 10,2, RAM 1GB DDR2, HDD SATA 250 GB, integrated HD audio, Wi-Fi ready, Super Webcam, card reader 4 in 1, battery 4.400 mAh (3 jam).
“Dulunya pada permulaan dihargai Rp 3,5 juta. Tapi kan pasaran notebook dan barang-barang sejenis cepat berubah, maka kita turunkan jadi Rp 2,5 juta di pasaran,” ungkap Syahrie.
 Produk yang pertama dirakit bernama Advan SMK, menggunakan Intel Atom 270, 1,6 GHz, dual core, chipset Intel 945 GME, WXGA LED display 10,2, RAM 1GB DDR2, HDD SATA 160 GB, integrated HD audio, Wi-Fi ready, super webcam, card reader 4 in 1, battery 4.400 mAh (3 jam), harganya Rp 2.300.000.
“Memang semua ide ini berasal dari pusat. Sasarannya, menciptakan lulusan SMK yang memiliki keterampilan. Bisa memasarkan melalui pendidikan kewirausahaan. Nah, setelah diajarkan merakit, kemudian memasarkannya melalui bussiness center yang ada,” tutur Syahri.
Menurutnya, Business Centre SMKN 2 dibentuk akhir 2009. Produknya terdiri dari vanbook, personal computer (PC), dan LCD projector. Unit yang dikelola oleh guru dengan melibatkan siswa, mengajarkan bagaimana mengembangkan kewirausahaan.
“Saat pertama menawarkan produk hasil rakitan SMK, sedikit kesulitan. Karena kita harus meyakinkan para pengunjung dan konsumen terlebih dahulu. Yang paling penting bagaimana kita membuat mereka tertarik. Apalagi ini hasil anak bangsa sehingga pengen tahu kayak apa sih,” ungkap Sri Kaswani, siswi Jurusan Broadcasting kelas tiga yang pernah memasarkan produk saat pameran.
Kepala Sekolah SMKN 2 Drs Zamzinur menginginkan sekolahnya menghasilkan lulusan yang siap kerja. Lulusan yang siap pakai di pasar kerja. Sehingga mereka bisa mandiri dan bisa buka usaha sendiri dengan keahlian dan bidangnya masing-masing.
“SMKN 2 Pontianak ini bertujuan mencetak generasi muda yang siap kerja di bidangnya secara profesional. Dengan mengakomodasi kebutuhan pasar dan perkembangan sekarang,” tutur Zamzinur.
Ada tujuh jurusan di SMK ini, yaitu teknik audio video, broadcasting, teknik elektronika industri, teknik pemanfaatan tenaga listrik, mekanik otomotif, dan teknik body otomotif,” jelasnya.
Visi SMKN 2 menciptakan SDM yang unggul dan berakhlak mulia, mampu mandiri, dan bisa merebut pasar kerja di era globalisasi. Menerapkan manajemen multi ISO 9001:2008.
“Di Kalbar ini baru dua sekolah yang dapat sertifikat ISO yaitu SMKN 2 Pontianak dan SMKN 3 Pontianak. Jadi sekolah kita sudah mendapat pengakuan standar mutunya,” tegas Zamzinur.
Zamzinur berharap, ke depan pemerintah harus lebih memerhatikan kemajuan SMK yang punya kemampuan menghasilkan berbagai produk. Hanya yang menjadi kendala bahan baku dan modal.
Diungkap Syahrie, oleh Diknas pernah ditawarkan untuk merakit sepeda motor sebagaimana SKM Surakarta berhasil merakit mobil yang jadi mobil dinas Walikota Solo itu. “Tapi kami kesulitan dana, bukan tidak mampu dalam keterampilan,” kata alumnus Fakultas Teknik Untan ini.
Sayangnya, sukses dengan notebook itu harus dihentikan karena tak ada instansi yang bisa membantu pemasarannya. Padahal harganya murah meriah, cuma Rp 2,5 juta saja dengan spec lumayan. Soalnya, keberhasilan ini bukan proyek besar sebagaimana Esemka Solo merakit mobil.
“Proses perakitan barang elektronik ini dalam rangka memberikan keterampilan kepada siswa. Jadi apa yang diajarkan langsung dipraktikkan oleh mereka,” ungkap guru perakitan SMKN 2 Syahri ST kepada Equator, Sabtu (7/1).
Walikota Sutarmidji pun pernah menawarkan counter pameran dan penjualan di salah satu sudut Mall Matahari. Namun berbagai kendala belum bisa diatasi, bagaimana mengelola counter karena siswa harus sekolah

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost